PANGKEP, radarnkri.com – Pulau Pandangan menyimpan pesona wisata kearifan lokal yang masih terlestari hingga sekarang, yakni perayaan Mapanre Tasi yang merupakan budaya adat nelayan bugis. Pulau yang berjarak 38 Mil dari pelabuhan Paotere kota makassar ini ditempuh selama 5 jam perjalan dengan kapal nelayan jenis Jolloro Baga’e.
Bersama Ketua Bain Ham RI DPD Kabupaten Pangkep, Dalam kunjungan sosialisasi program kerja, Syamsuddin Olleng dan Tim Media RadarNkri berkesampatan menyaksikan tradisi adat tersebut. Pangkep, Kecamatan Liukan Tuppabiring, Desa Mattiro Ujung, Pulau Pandangan. Kamis, 3 September 2020.
Pulau yang bertetangga dengan Pulau Kapoposang di sebelah selatan dan Pulau Tondong Bali di sebelah timur ini berdiameter +-500 Meter dan dihuni Kurang lebih seribu Kepala Keluarga yang mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan dengan pola tangkap menggunakan teknik rompong.
Warga Desa Mattiro Ujung ini melestarikan tradisi ini sejak tahun 1993, yang kali ini dilaksanakan di bulan Muharram bertepatan pada perayaan Asyura.
Rangkaian acara Mapanre Tasi’e dimulai dengan penyembelihan seekor sapi dan berbagai jenis ayam yang didonatori oleh seluruh juragan kapal, kemudian acara makan bersama semua warga pulau dan setelahnya diisi dengan ceramah serta dzikir oleh pemuka agama dilapangan terbuka setelah Ba’da isya.
Ditemui disela makan bersama, Kepala dusun P. Pandangan H. Makmur menjelaskan, Perayaan ini rutin tiap tahun sejak 1993 yang mana dipelopori oleh warga pertama pulau ini.
” Temmutaunna Tasi’e ada sejak tahun 1993, yang merupakan acara tahunan sebagai bentuk syukur kepada tuhan atas hasil laut, bagian sakral dari acara ini selain khitmat do’a dan dzikir dimalam hari, besok konvoi kapal akan mengelilingi pulau”, jelasnya.
Keesokan Paginya, warga memadati dermaga dan bibir pantai pada perayaan ini dengan antusias menyaksikan 40 kapal nelayan berkonvoi mengelilingi pulau.
Kapal Jolloro Baga’e dihias menarik dengan urnamen bendera, sebagahagian penduduk ramai ikut dikapal berkonvoi.
Hasanuddin Kepala Desa Mattiro Ujung mengatakan, Ini merupakan event tahunan yang mana tahun ini diadakan lebih meriah dari tahun lalu.
“Inilah warisan leluhur dahulu yang masih terlestarikan hingga sekarang, tahun-tahun sebelumnya dilaksanakan secara sederhana namun tahun ini selaku pemerintah desa dengan mengemas lebih sedikit formal lagi” tegasnya.
Hasanuddin juga menambahkan bahwa event ini merupakan potensi wisata kearifan lokal yang diharapkan generasi selanjutnya akan terus melestarikannya.